HAK CIPTA SEBAGAI ALTERNATIF PELESTARIAN
MAINAN TEMPO DOELOE
Oleh : Dian Suganda
RINGKASAN
Melihat kepudaran kejujuran
yang telah dimiliki oleh warga Indonesia terutama anak-anak Indonesia perlu
adanya metode yang bisa menanamkan kejujuran tersebut. Dalam memilih metode
yang bisa menanamkan kejujuran pada anak perlu melihat karakter-karakter dan
kebutuhan yang dimiliki oleh anak terlebih dahulu. Pada dasarnya anak memiliki
kebutuhan yang paling mendasar, yaitu bermain dengan teman-temannya. Karena itu
diperlukan media untuk menunjang kebutuhan anak tersebut. Pada saat ini anak
lebih suka bermain dengan mainan modern daripada menggunakan mainan
tradisional. Melihat kenyataan tersebut, perlu adanya solusi agar anak bisa
tertarik lagi menggunakan mainan tradisional yang memberikan banyak manfaat
kepada anak, salah satunya yaitu bisa menanamkan kejujuran dan membangun
karakter yang dimiliki oleh anak.
Oleh karenanya penulis
tertarik untuk memahami masalah yang ada
dan berusaha memberikan solusi atas beberapa masalah yang diangkat seperti
untuk mengetahui tingkat kejujuran anak,
serta memberikan solosi baru terhadap kebijakan penanaman kejujuran pada anak
guna mewujudkan peningkatan sifat jujur yang dimiliki oleh anak Indonesia, yang
nantinya dapat menjadikan anak Indoseia yang memiliki sifat jujur dalam segala
hal dan anak bisa mengaplikasikan sifat jujur yang dimilikinya tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kajian
pustaka dengan pendekatan penulisan deskriptif kualitatif dari data sekunder
yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang relevan dengan topik yang ditulis
baik dari media cetak, buku, jurnal, makalah, hasil penelitian, skripsi ataupun
internet. Dari hasil pembahasan yang dilakukan dapat diperoleh bahwa dari uraian di
atas efektifitas kejujuran menyisakan banyak permasalahan, mulai dari landasan
hukum yang cacat sampai dengan dampak pudarnya sifat jujur terhadap ekonomi
negara, seperti korupsi yang menjamur dimana-mana. Manfaat apabila sifat jujur
ditanamkan kepada anak adalah pembangunan karakter pada anak, yang kemudian
karakter tersebut dapat membawa anak untuk menghadapi dunia luar yang sangat
menakutkan dan dapat menjadikan anak yang memiliki kejujuran dalam berbagai hal.
Setelah pembahasan dilakukan
dapat disimpulkan bahasa mainan tradisional media untuk menanamkan kejujuran
pada anak yang dapat membentuk karakter
anak Indonesia menjadi anak yang memiliki sifat jujur dalam segala hal karena
kejujuran menyangkut karakter dan sifat yang dimiliki oleh anak. Saran yang
dapat diberikan yaitu agar pemerintah dapat menerapkan mainan tradisional
sebagai media untuk menanamkan kejujuran pada anak yang nantinya dapat
membentuk karakter anak yang jujur, tidak curang, menghargai pendapat orang
lain dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permainan tradisional Indonesia pada saat ini sudah menjadi salah satu
hal yang jarang dijumpai. Anak-anak Indonesia lebih memilih jenis permainan
yang dianggap modern daripada harus bermain sebagaimana yang dilakukan oleh
anak-anak era tahun 90an dan sebelumnya. Hal ini terjadi semenjak kemajuan
teknologi sudah semakin menjalar hingga ke wilayah pedesaan.
Perkembangan teknologi yang demikian pesat, menjadikan semua
daerah kini sudah bisa dirambah oleh perangkat teknologi. Termasuk diantaranya teknologi
yang digunakan pada jenis permainan anak-anak. Tengok saja, kini kita bisa
dengan mudah menjumpai berbagai tempat yang menjadi pusat permainan anak-anak
yang berbasis teknologi.
Seperti permainan play station, bahkan yang sudah maju adalah
bermunculannya tempat game centre online hingga ke pedesaan.
Akibatnya, banyak anak-anak Indonesia yang lebih asyik
menghabiskan waktu mereka dengan terbenam di depan layar televisi atau monitor
komputer. Mereka sibuk bermain dengan dunia fantasi yang muncul di layar
daripada harus berpeluh memainkan permainan tradisional Indonesia.
Alasan kepraktisan pun menjadi salah satu sebab mengapa banyak anak-anak
yang enggan melakukan permainan tradisional Indonesia. Dengan sedikit
menyisihkan uang saku sekolah, seorang anak sudah bisa menyewa perangkat play
station atau menyewa internet selama beberapa jam. Hal ini berbeda jika
mereka harus bermain mobil-mobilan dari bekas kulit jeruk misalnya.
Karena untuk bermain mobil-mobilan dari kulit jeruk, seorang anak harus
terlebih dahulu mencari kulit jeruk dan merangkaikannya menjadi sebuah mobil mainan.
Hal ini dipandang kurang praktis dan menyebabkan kotor. Atau pula jika mereka
harus bermain gundu atau kelereng. Permainan yang dulu menjadi salah satu
permainan favorit ini, kini sudah sangat dijumpai dimainkan oleh anak-anak
Indonesia.
Selain masalah keterbatasan lahan, permainan ini juga membutuhkan beberapa orang
untuk memainkannya. Padahal, di tengah tugas sekolah yang menumpuk dan
kewajiban mengikuti berbagai pelajaran tambahan, sangat sulit mencari sejumlah
orang untuk bisa diajak bermain gundu. Sementara, jika bermain di arena play
station atau game center, seorang anak bisa memainkannya seorang
diri tanpa perlu orang lain. Inilah yang menjadi alasan seorang anak kini
jarang memainkan permainan tradisional Indonesia.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka tujuan yang bisa diambil
yaitu :
-
Untuk
menjelaskan manfaat dari permainan tradisional
-
Untuk
menjelaskan manfaat adanya hak cipta permainan tradisional
Manfaat
Berdasarkan uraian pada Latar Belakang, manfaatnya
adalah sebagai berikut :
-
Sebagai media untuk menanamkan kejujuran pada anak.
-
Digunakan
sebagai sarana belajar dan mengembangkan nilai EQ pada anak
-
Digunakan untuk pengembangan diri anak
-
Sebagai media pembelajaran nilai-nilai kehidupan bagi
anak.
GAGASAN
Permainan Tradisional di
Era Globalisasi
“Cublak cublak suweng, suwenge ting gelenter mambu
ke tundung gude, pak empong lela lelo sopo guwu ndhelik ake. Sir.. sir pong
del’e gosong sir… sir… pong del’e gosong”.
Kalimat diatas merupakan segelintir lagu yang mengiringi anak-anak
melakukan permainan tradisional yang bernama “Cublak Cublak Suweng” dimana ada
seorang anak dengan posisi telungkup dan anak-anak yang lain menengadahkan
tangan mereka di punggung si anak yang telungkup tersebut sembari tangan yang
lain memutarkan sesuatu ke setiap tangan yang menengadah tersebut. Setelah lagu
tersebut selesai, maka anak yang telungkup tersebut kembali berdiri dan menebak
siapa diantara anak-anak yang menengadahkan tangan tersebut yang memegang benda
yang sebelumnya telah diputar.
Permainan tradisional tersebut merupakan satu contoh dari ribuan permainan
tradisional yang ada di Indonesia. Namun permainan-permainan tradisional
tersebut kini mulai terkikis keberadaannya sedikit demi sedikit khususnya di
kota-kota besar dan mungkin untuk anak-anak sekarang ini banyak yang tidak
mengenal permainan tradisional yang ada padahal permainan tersebut adalah
warisan dari nenek moyang rakyat Indonesia. Semakin tidak populernya permainan
tradisional tersebut dikarenakan telah banyak munculnya permainan-permainan
yang lebih atraktif dan menyenangkan hati anak-anak sekarang ini dan kesemua
permainan tersebut adalah murni produk dari luar Indonesia. Sebagai contoh
dibanjirinya Indonesia dengan PlayStation (PS) yang merupakan produk dari
Jepang dimana sekarang telah mencapai versi yang ketiga. Dengan banyaknya
permainan elektronik maupun non elektronik yang menyenangkan dan menghibur yang
ada dipasaran Indonesia, maka sedikit demi sedikit keberadaan dari permainan
tradisional semakin tersisihkan.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa permainan-permainan yang sekarang
membanjiri pasar Indonesia lebih menarik, atraktif, menghibur dibandingkan
dengan permainan tradisional dan akan membuat banyak anak-anak menghabiskan
sebagian besar waktunya bersama permainan-permainan tersebut. Disamping itu,
banyak orang tua sekarang lebih senang membelikan permainan-permainan
elektronik maupun non elektronik tersebut untuk anaknya daripada mengajarkan
anak-anak mereka permainan-permainan tradisional yang dulu pernah dilakukan
oleh para orang tua tersebut. Entah karena alasan tidak ada waktu untuk
mengajari yang dikarenakan disibukan oleh pekerjaan atau karena menganggap
permainan tersebut sudah ketinggalan jaman dan tidak perlu diajarkan kepada
anak-anak mereka.
Kelebihan
Permainan Tradisional Indonesia
Sekilas, kondisi ini bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Sebaliknya para
orang tua justru merasa lebih senang jika anak-anak mereka tidak bermain
yang membahayakan atau menyebabkan tubuh menjadi kotor. Sebenarnya ini
pemikiran yang kurang tepat.
Karena dengan membiarkan seorang anak tenggelam dalam permainan berbau
teknologi tersebut, justru akan merusak mental dan perkembangan jiwa seorang anak. Mereka
akan tumbuh menjadi seorang yang egois serta individualis serta enggan bekerja
keras karena sudah terpola berpikir praktis.
Dengan mengajarkan permainan tradisional Indonesia ada beberapa nilai
manfaat yang bisa diberikan pada seorang anak. Diantaranya adalah :
- Melatih kreatif. Permainan tradisional biasanya harus dibiuat terlebih
dahulu, seperti permainan mobil-mobilan dari kulit jeruk.
Disinilah seorang anak dituntut kreativitasnya, mengubah barang yang tidak
bermanfaat menjadi berguna.
- Membina sikap sosial. Banyak permainan yang harus
dimainkan secara kelompok seperti permainan lompat tali. Hal ini secara
tidak sadar akan menumbuhkan jiwa sosial dan sikap saling menghargai pada
sesama manusia.
- Melatih kekompakan. Permainan bakiak, menuntut kerjasama tim. Jika
anak biasa memainkan permainan bakiak, mereka akan terpola untuk bisa
bekerja sama dengan orang lain secara kompak dan tidak mementingkan
egoisme.
- Melatih fisik. Permainan
seperti petak umpet, menuntut seorang anak untuk bisa berpikir dan berlari
kencang. Hal ini akan melatih seorang anak untuk berolahraga dan
menyehatkan tubuh.
Pengembangan
Diri Anak Lewat Permainan Tradisional
Banyak orang tua menggangap bahwa kursus atau mempelajari sesuatu di kelas
non formal lebih berguna daripada bermain. Padahal banyak hal yang dapat
diambil manfaatnya dari permainan tradisional, salah satunya adalah alat-alat
yang mudah didapatkan dan memungkinkan anak-anak untuk membuatnya. Selain itu
mengajarkan anak-anak untuk melepaskan ide kreatifnya untuk membuat/mengkreasi
permainan tradisional tersebut dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya.
Seperti biji congklak yang umumnya dari kerang dapat digantikan dengan
biji-bijian; papan congklak tidak harus menggunakan papan kayu berlubang tetapi
dapat digantikan dengan melubangi tanah sehingga menyerupai bentuk papan congklak.
Atau untuk permainan dampu saat ini dapat dilakukan di rumah menggunakan
kotak-kotak lantai yang ada atau kotak gabus debagai pengganti lapangan. Contoh
ini merupakan salah satu bentuk kreatifitas dari si anak dalam merespon apa
yang ada disekitar mereka.
Sisi positif yang dimiliki oleh permainan tradisional antara lain yaitu Pertama,
permainan anak selalu melahirkan nuansa suka cita. Dalam permainan tersebut
jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana ceria, senang yang dibangun senantiasa
melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang menyenangkan. Inilah benih
masyarakat yang “guyup rukun” itu dimulai. Jarang sekali permainan yang berguna
untuk dirinya sendiri. Kedua, keguyuban itu dibangun secara
bersama-sama. Artinya, demi menjaga permainan dapat berlangsung secara wajar ,
mereka mengorganisir diri dengan membuat aturan main diantara anak-anak
sendiri. Dalam konteks inilah anak-anak mulai belajar mematuhi aturan yang
mereka buat sendiri dan disepakati bersama. Disatu sisi, anak belajar mematuhi
aturan bermain secara fairplay, disisi lain, merekapun berlatih membuat aturan
main itu sendiri. Sementara itu, apabila ada anak yang tidak mematuhi aturan
main, dia akan mendapatkan sanksi sosial dari sesamanya. Dalam kerangka inilah,
anak mulai belajar hidup bersama sesamanya atau hidup bersosial. Namun demikian
dipihak lain, apabila dia mau mengakui kesalahannya, teman yang lain pun
bersedia menerimanya kembali. Suatu bentuk proses belajar mengampuni dan
menerima kembali dari mereka yang telah mengakui kesalahannya (rekonsiliasi). Ketiga,
keterampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat permainan dari
berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan demikian, otot atau
sensor–motoriknya akan semakin terasah pula. Dipihak yang lain, proses kreatifitasnya
merupakan tahap awal untuk mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh
ruang pertumbuhannya. Keempat, pemanfaatan bahan–bahan permainan,
selalu tidak terlepas dari alam. Hal ini melahirkan interaksi antara anak
dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan dengan alam merupakan bagian
terpenting dari proses pengenalan manusia muda terhadap lingkungan hidupnya. Kelima,
hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan terhadap kenyataan
hidup manusia. Alam menjadi sesuatu yang dihayati keberadaanya, tak terpisahkan
dari kenyataan hidup manusia. Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang
serta penghayatan akan totalitas cara pendang mengenai hidup ini (kosmologi).
Cara pandang inilah yang kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi kerohanian
manusia tradisional. Keenam, melalui permainan masyarakat mulai
mengenal model pendidikan partisipatoris. Artinya, anak memperoleh kesempatan
berkembang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan jiwanya. Dalam pengertian
inilah, anak dengan orang tua atau guru memiliki kedudukan yang egaliter,
sama-sama berposisi sebagai pemilik pengalaman, sekaligus merumuskan secara
bersama-sama pula diantara mereka. Beberapa contoh permainan tradisional di
Indonesia dan manfat yang dapat diambil adalah sebagai berikut : DAMPU,
permainan ini umumnya dimainkan oleh anak-anak usia sekolah baik laki-laki
maupun perempuan. Main dampu tidak membutuhkan peralatan yang harus dibeli,
cukup dimainkan di tanah lapang dengan membuat petak-petak di permukaan tanah
sesuai dengan bentuk yang disepakati baik menggunakan kapur atau pecahan
genting atau apapun. Alat lain yang digunakan adalah benda pipih seperti batu,
pecahan genting, tutup botol yang digepengkan dan lain-lain sebagai biji.
Inti permainannya adalah melempar batu pipih ke dalam kotak dengan tidak
boleh keluar atau mengenai garis batas kotak, lalu melompat-lompat dengan satu
kaki dalam kotak yang tidak berbatu tanpa boleh menginjak garis dan batu
peserta lain. Setelah berputar anak harus mengambil batu dengan tetap bertumpu
pada satu kaki lalu melompat kembali sampai ke garis awal. Manfaat :
melatih keseimbangan tubuh, melatih kemampuan reka visual, meningkatkan
kemampuan motor planning (perencanaan gerak), meningkatkan kemampuan
diferensiasi tekstur berdasarkan indera perabaan. CONGKLAK, atau
dengan nama lain dhakon merupakan permainan untuk 2 orang. Pada intinya
permainan adalah mengisi setiap lubang pada papan congklak dengan biji-bijian
satu persatu, tanpa boleh terlewat atau ada yang terisi lebih dari satu. Dilakukan
secara bergiliran sampai semua biji-bijian yang ada habis. Pemenang permainan
congklak adalah pemilik biji-bijian terbanyak pada akhir permainan. Manfaat
: melatih kemampuan manipulasi motorik halus, melatih konsentrasi, mendidik
sifat sportifitas anak, melatih kemampuan mengatur strategi, sarana belajar
berhitung, melatih koordinasi 2 sisi tubuh.
Manfaat
Permainan Tradisional Anak
Bermain dapat menjadi sarana
belajar dan mengembangkan nilai EQ pada anak.
Dunia anak adalah dunia bermain, setiap anak senang melakukan permainan
yang menjadi andalannya. Saat ini, hampir seluruh anak-anak gemar bermain Play
Station atau Game Online yang dapat mereka temukan di warnet terdekat.
Sayangnya, sejak permainan moderen muncul, jenis permainan tradisional mulai bergeser
keberadaannya. Kita nyaris tak pernah melihat lagi anak-anak bermain bola
bekel, congklak, ataupun petak umpet.
Selain menghibur, permainan juga sebagai sarana pendidikan anak. Jenis
permainan modern yang ada saat ini memang membantu anak mengenal teknologi
baru. Namun tidak ada salahnya jika kita mengajarkan permainan tradisional yang
dapat mengasah kemampuan otak, kemampuan membuat strategi, sikap
bersosialisasi, serta membangun EQ.
Permainan tradisional memiliki nilai yang positif terhadap anak. Salah
satunya adalah anak terhindar dari masalah obesitas, karena permainan
tradisional umumnya menggunakan banyak gerakan. Selain itu, anak mudah
bersosialisasi dengan orang lain, karena permainan dilakukan oleh minimal dua
anak. Pada permainan kelompok, anak juga dituntut untuk menentukan strategi,
berkomunikasi dan bekerjasama dengan anggota tim mainnya.
Permainan tradisional memang memerlukan arena yang luas. Ini adalah salah
satu kendala, dimana di kota-kota besar seperti Jakarta memiliki keterbatasan area
yang luas. Jika melihat di sekeliling kita, halaman di depan rumah pun hampir
tak bisa digunakan untuk tempat bermain anak. Sementara kendala yang lain
adalah karena larangan orangtua. Kebanyakan orangtua takut anak mereka terluka
atau kotor.
Alhasil, orangtua saat ini lebih suka memberikan mainan elektronik. Padahal
permainan terebut justru membuat anak cenderung sulit bersosialisasi sehingga
anak menjadi pemalu dan individualistis, bahkan makin banyak anak yang
mengalami kegemukan karena kurang bergerak.
Semestinya, orangtua dapat memberi kebebasan secara berimbang agar anak
dapat bermain bersama dengan teman-temannya, dan ini sangat membantu membangun
nilai yang positif terhadap perkembangan anak. Tetapi, tentu saja harus dalam
pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas agar tidak semua waktu
digunakan untuk bermain.
Tak ada salahnya jika sebagai orangtua ikut terlibat dalam permainan
tersebut. Hal ini justru membangkitkan semangat si anak dan juga menjalin
hubungan antara orangtua dan anak semakin dekat.
A.
Permainan “Gebok”
“Gebok” adalah suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang
digunakan dalam permainan ini mengenai anggota badan dari pemain, sehingga
permainan ini dikenal dengan nama permainan “Gebok”.
Permainan “Gebok” sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Permainan ini
terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda dengan
alat yang berbeda namun pada prinsipnya aturan permainannya sama. Di daerah
Sunda misalnya, permainan ini dikenal dengan nama bebencaran. Permainan
bebencaran menggunakan tumpukan pecahan genting sebagai targetnya. Bencar
artinya terurai atau terpecah, sehingga bebencaran menunjuk pada upaya pemain
untuk selalu memencarkan potongan genteng yang semula ditumpuk rapih di atas
tanah (http://bagusardisaputro.blogspot.com). Di daerah Sulawesi Selatan
permainan ini dikenal dengan nama “ boy-boyan” dan menggunakan tumpukan batu
yang disusun sebagai targetnya. Sedangkan di daerah Pati Jawa Tengah, permainan
ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung.
Permainan gebok menggunakan bola karet (Bola Tenis) dan beberapa kaleng
susu bekas. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan
dan jumlah pemain tidak ditentukan. Permainan ini umumnya dimainkan oleh
anak-anak berumur 6 sampai 12 tahun. Dalam permainan ini tidak diperlukan
peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya 15 buah buah kaleng susu bekas yang
disusun bertingkat dan sebuah bola karet. Permainan ini juga membutuhkan
halaman yang cukup luas, biasanya anak-anak menggunakan halaman rumah sebagai
tempat bermain.
Secara selintas dapat diperoleh gambarkan bahwa permainan ini adalah
permainan beregu, dimana dalam satu regu minimal berjumlah 2 orang. Kelompok
bermain dibagi menjadi dua yaitu regu penyusun dan regu penjaga. Setiap anggota
regu penyusun akan bekerja sama dalam menyusun tumpukan kaleng secara
bertingkat sedangkan regu penjaga akan bekerja sama dalam melempar bola (bola
akan dinyatakan “mati” apabila terlalu lama berada ditangan salah satu anggota
regu penjaga).
Aturan permainan yaitu siswa
dibagi ke dalam dua kelompok bermain, misal regu A dan regu B. Kemudian buat
lingkaran kurang lebih bergaris tengah 50 cm untuk menempatkan tumpukan kaleng
susu bekas atau sesuai dengan jumlah kaleng yang digunakan, dan buatlah garis
batas yang berjarak 20-25 meter (sesuai kesepakatan) dari tumpukan kaleng susu
bekas.
Lakukan undian antara regu A dan regu B, misal regu B menang, maka secara
bergantian setiap anggota dari regu B berusaha melempar tumpukan kaleng dengan
bola tenis dari luar garis batas yang ditentukan. Setiap anggota berkesempatan
melakukan 1 kali lemparan. Bila semua anggota regu B tidak ada yang mengenai
tumpukan, maka ganti regu A yang bermain. Bila semua anggota regu A juga tidak
ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu B yang bermain, demikian seterusnya
hingga ada salah satu regu yang dapat mengenai tumpukan kaleng (target).
Bila ada lemparan yang mengenai tumpukan kaleng, misalkan lemparan dari
salah satu anggota regu A dapat mengenai tumpukan kaleng, maka dengan cepat
anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan kaleng yang
berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola tenis untuk
melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan kaleng susu
bekas. Anggota regu A berpencar, berusaha agar tidak terkena lemparan bola dari
regu B, bila lemparan regu B tidak mengenai anggota badan dari regu A, maka
regu Aakan terus menumpuk target sampai selesai. Jika anggota regu A selesai
menumpuk target tanpa terkena lemparan dari anggota regu B, maka regu B
dinyatakan kalah.
Sebagai hukuman, setiap anggota kelompok B berdiri di dalam lingkaran
menggantikan targetnya, kemudian secara bergantian setiap anggota dari regu A
melempar anggota regu B dengan bola tenis dari luar garis batas yang telah
ditentukan sebelumnya. Selanjutnya bergantian regu A yang memegang bola dan
regu B yang akan menata tumpukan kalengnya. Pada dasarnya prinsip dari
permainan ini adalah salah satu regu menumpuk target, sedangkan regu yang
memegang bola berusaha untuk mengganggu dengan melempar bola tenis ke salah
satu regu yang menyusun kaleng (target).
B.
Penerapan Permainan “Gebok” Dalam Konsep Membilang Secara Berurutan
Permainan “Gebok” adalah salah satu permainan tradisional yang dapat
digunakan dalam menjelaskan konsep membilang secara berurutan pada siswa kelas
III SD. Pada pembelajaran matematika siswa kelas III SD/MI semester ganjil,
terdapat materi Letak Bilangan Pada Garis Bilangan. Pada meteri pembelajaran
tersebut salah satu tujuan yang akan dicapai adalah siswa diharapkan dapat
membilang secara berurutan.
Permainan “Gebok” dapat digunakan untuk melatih siswa menentukan letak
bilangan pada garis bilangan pada siswa SD/MI kelas III sebagai berikut :
Urutan bilangan pada garis bilangan di atas menunjukkan makin ke kanan
bilangannya makin besar. Bilangan yang terletak di sebelah kanan lebih besar
daripada bilangan yang terletak di sebelah kiri, hal tersebut dapat dilakukan
dengan memberi angka pada setiap kaleng susu bekas yang digunakan dalam permainan
“Gebok”. Perhatikan gambar dibawah ini:
Contoh kasusnya misalkan
dalam satu kelas terdapat 20 orang siswa, maka siswa tersebut dibagi menjadi 4 regu, dimana masing-masing
regu beranggotakan 5 orang siswa. Sehingga terdapat 2 kelompok pemain. Sebelum
permainan dimulai, kaleng susu bekas yang sudah diberi label angka disusun
dalam bentuk tumpukan seperti gambar diatas. Kemudian kedua regu di undi,
anggota regu yang menang berdiri pada garis pelempar sedangkan anggota regu
yang kalah berjaga di sekitar tumpukan kaleng. Misalkan regu A memenangkan
undian maka anggota regu A berdiri pada garis pelempar untuk melempar tumpukan
kaleng yang sudah disusun tadi dengan bola karet yang sudah disiapkan.
Misalkan lemparan bola karet dari anggota regu A berhasil mengenai sebagian
tumpukan kaleng, sehingga tumpukan kaleng yang tersisa nampak seperti gambar
berikut :
Maka anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan
kaleng yang berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola
tenis untuk melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan
kaleng susu bekas. Anggota regu A berpencar agar tidak terkena lemparan bola
dari regu B.
Dalam menyusun kaleng yang terjatuh, siswa membutuhkan konsep membilang
secara berurutan. Kaleng-kaleng yang berjatuhan harus disusun sesuai dengan
angka yang tertera pada kaleng seperti pada susunan awal. Siswa dari anggota
regu A, memilih angka antara 4 dan 7 yaitu angka 5 dan 6. Kemudian memilih
angka antara 11 dan 14 yaitu angka 12 dan 13, begitu seterusnya hingga susunan
kaleng selesai.
Kegiatan psikomotorik permainan ini tetap mengarah pada aspek kognitif
siswa, tetapi dibarengi pula oleh aspek afektif yang harus ditanamkan pada
siswa antara lain yaitu menanamkan sikap berani bertindak dan membuat
keputusan, ulet, mengembangkan sikap bersosialisasi, menanamkan sikap jujur,
menanamkan kemampuan berkomunikasi, menanamkan sikap toleransi dan demokrasi.
Permainan
Tradisional dan Hak Cipta
Begitu banyaknya permainan tradisional di Indonesia dan begitu banyaknya
manfaat yang dapat diambil dari permainan-permainan tersebut maka akan sangat
disayangkan apabila permainan tradisional warisan nenek moyang rakyat Indonesia
itu hilang. Dan akan sangat disayangkan apabila permainan tradisional yang
merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia tersebut diklaim oleh bangsa
lain sebagai permainan tradisional mereka. Bangsa Indonesia telah kecolongan
tiga barang ciri khas yang telah diklaim oleh bangsa lain. Tempe yang telah
diklaim oleh Amerika, batik yang telah diklaim oleh Malaysia dan lagu Rasa
Sayange yang juga telah diklaim oleh Malaysia. Akankah permainan tradisional
juga ikut diklaim oleh bangsa lain?
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta pada Pasal 1 ayat (3) yang tergolong Ciptaan adalah ilmu pengetahuan, seni
atau sastra dan pada Bagian Ketiga Pasal 10 ayat (2) diterangkan bahwa “Negara
memegang Hak Cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik
bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan
tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya“. Sedangkan
Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang
Hak Cipta menerangkan pada penjelasan II. Pasal Demi Pasal Pasal 10 Ayat (2)
bahwa “Folklor dimaksudkan sebagai sekumpulan ciptaan tradisional, baik yang
dibuat oleh kelompok maupun perorangan dalam masyarakat, yang menunjukkan
identitas sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang
diucapkan atau diikuti secara turun temurun, termasuk: a. cerita rakyat, puisi
rakyat; b. lagu-lagu rakyat dan musik instrumen tradisional; c. tari-tarian
rakyat, permainan tradisional; d. hasil seni antara lain berupa: lukisan,
gambar, ukiran-ukiran, pahatan, mosaik, perhiasan, kerajinan tangan, pakaian,
instrumen musik dan tenun tradisional”. Dengan sangat jelas bahwa yang dimaksud
dari folklor adalah sekumpulan ciptaan tradisional dan yang
menunjukkan identitas sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang
diucapkan atau diikuti secara turun temurun, namun entah kenapa negara tidak
memasukkan permainan tradisional tersebut ke dalam ruang lingkup folklor.
Apakah negara menganggap bahwa permainan tradisional tidak penting atau tidak
punya sisi komersial sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam ruang lingkup folklor.
Saya
mencoba untuk menebak-nebak apa yang akan terjadi apabila permainan tradisional
ini jatuh ke bangsa lain. Saya bisa membayangkan, akan banyak sekolah-sekolah
yang akan terkena kasus pidana hanya karena mengajarkan permainan tradisional
tersebut kepada para siswanya. Mungkin bayangan ini terlalu ekstrim, tapi
minimal sekolah-sekolah akan membayar hak cipta atas karya nenek moyang mereka
sendiri kepada bangsa lain hanya untuk mengajarkan permainan tradisional
tersebut. Sungguh ironis, rakyat Indonesia disuruh membayar barang milik
sendiri yang telah direbut oleh bangsa lain. Apabila hal ini terjadi, maka akan
semakin mahal biaya pendidikan di Indonesia. Jikalau sekolah tidak mau
mengajarkan permainan tersebut, maka minimal akan hilanglah salah satu ciri
khas Indonesia karena rakyat-rakyat Indonesia yang akan datang tidak mengenal
permainan tradisional Indonesia.
Hak Cipta dan Desain
Industri sebagai Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Tradisi Dan Budaya Bangsa
Indonesia.
Sejak pembangunan jangka panjang tahap pertama bangsa Indonesia telah
mengusahakan terus-menerus dan berkesinambungan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Kedua pembangunan
ini saling terkait satu sama lain. Tidak akan terjadi pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya apabila tidak ada pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya, demikian juga sebaliknya tidak akan terjadi pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya jika tidak ada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya meliputi pengertian yang sangat
luas antara lain terciptanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara
manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan lingkungannya, antara manusia
dengan sesama manusia, keseimbangan antara bidang materiil dan spirituil,
keseimbangan antara kehidupan sosial dan pribadi, keseimbangan antara hak dan
kewajibannya, dan seterusnya. Di lain pihak pengertian pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya mengandung pengertian bahwa pembangunan akan
diselenggarakan di seluruh pelosok tanah air tanpa memandang suku, agama, ras
atau golongan tertentu. Disadari pula bahwa syarat pembangunan yang berhasil
adalah adanya partisipasi aktif dari seluruh masyarakat. Hal ini dikarenakan
manusia adalah subyek sekaligus obyek dari pembangunan. Sebagai subyek
pembangunan berarti masyarakat menjadi pelaku pembangunan dengan memberikan
sumbangan pikiran, waktu, tenaga dan dana. Sebagai obyek pembangunan maka
masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan bahwa pembangunan bertujuan untuk
menciptakan masyarakat adil dan makmur merata materiil dan spirituil
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan dapat dimanifestasikan dalam
berbagai bidang kehidupan sesuai dengan situasi dan kondisi serta bidang kerja
masing-masing. Salah satu contoh partisipasi aktif masyarakat adalah dengan
menyumbangkan penemuannya dalam tradisi dan budaya. Hal ini dikarenakan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang besar akan nilai-nilai tradisi dan budayanya.
Salah satu perkembangan pembangunan yang menonjol dan memperoleh perhatian
seksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini adalah semakin meluasnya arus
globalisasi yang berlangsung dalam bidang budaya. Dengan memperhatikan
kenyataan dan kecenderungan seperti itu, maka menjadi hal yang dapat dipahami
bila adanya tuntutan kebutuhan bagi pengaturan dalam rangka perlindungan hukum
yang lebih memadai. atas tradisi dan budaya bangsa.
Kesadaran masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia untuk mendaftarkan
Hak Cipta di bidang seni dan budaya sangat perlu digalakan. Karena kita
ketahui, Indonesia sangat kaya akan kekayaan seni dan budaya. Di dalam
undang-undang hak cipta sendiri di sebutkan bahwa “perlindungan suatu ciptaan
timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata.
Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak
cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan
ciptaannya akan mendapatkan surat pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan
sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari
terhadap ciptaan tersebut Di dalam pasal 10 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta dikatakan :
“Negara
memegang Hak Cipta atas folklor (sekumpulan ciptaan tradisional, baik yang dibuat
oleh kelompok maupun perorangan dalam masyarakat yang menunjukkan identitas
sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diucapkan atau
diikuti secara turun-temurun seperti :
(1)
Cerita
Rakyat, puisi rakyat,
(2) Lagu-lagu rakyat dan musik instrumen
tradisional,
(3) Tari-tarian rakyat, permainan tradisional,
(4) Hasil seni antara lain berupa : Lukisan,
gambar, ukiran-ukiran, pahatan, mosaik, perhiasan, kerajinan tangan, pakaian,
instrumen musik dan tenun tradisional) dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi
milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu,
kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya.”
Perlindungan Hak Cipta diberikan untuk karya seni, sastra, ilmu pengetahuan
dan hak-hak terkait sedangkan perlindungan Desain Industri diberikan untuk
suatu bentuk (tiga dimensi), konfigurasi (tiga dimensi), komposisi (dua
dimensi; garis, warna, garis dan warna), gabungan tiga dimensi dan dua dimensi
(bentuk dan konfigurasi; konfigurasi dan komposisi; bentuk dan komposisi;
bentuk, konfigurasi dan komposisi).
Perlindungan Hak Cipta bersifat otomatis saat ekspresi nyata terwujud dan
tanpa pendaftaran (deklaratif). Sedangkan perlindungan Desain Industri
diberikan berdasarkan pendaftaran terhadap desain yang baru (konstitutif).
Karya cipta merupakan sebuah karya master piece dan tidak diproduksi secara
massal sedangkan Desain Industri diproduksi massal.
Oleh karena itu langkah untuk menciptakan iklim atau suasana yang baik dan
mampu mendorong gairah atau semangat pelestarian tradisi dan budaya bangsa
menjadi sangat penting. Setidaknya penciptaan iklim yang mempermudah bangsa
Indonesia untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan pelestarian tradisi dan
budaya bangsa. Bersamaan dengan langkah untuk menciptakan iklim atau suasana
seperti itu, harus diberikan pula hak cipta dan desain industri sebagai upaya
perlindungan hukum yang memadai. Perlindungan hukum yang diberikan ini
berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban atas tradisi dan budaya bangsa.
Pelestarian tradisi dan budaya bangsa akan mendapat perlindungan hukum yang
berlaku sehingga jika terjadi permasalahan secara tanpa hak, dapat meminta
perlindungan hukum.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil
dari keseluruhan pembahasan di atas adalah sebagai berikut :
1.
Mainan
tradisional atau yang biasa disebut dengan mainan tempo doeloe pada era
sekarang peminatnya sangat sedikit sekali, padahal mainan tersebut adalah
mainan turun-temurun yang berasal dari negara Indonesia. Anak-anak cenderung
menganggap mainan tradisional adalah mainan yang sudah ketinggalan jaman,
mainan yang sudah kuno dan mainan yang sangat membosankan. Padahal bila di
telaah lebih jauh lagi, mainan tradisional memberikan manfaat yang berguna bagi
perkembangan anak dibandingkan dengan
mainan tradisional yang hanya memberikan nilai kemewahan saja.
2.
Hak
Cipta permainan tradisional merupakan alternatif untuk melestarikan dan
mengenalkan kembali mainan tradisional kepada anak Indonesia. Dengan adanya Hak
Cipta tersebut diharapkan mainan tradisional dapat digunakan kembali oleh anak
Indoneseia sebagai mainan mereka sehari-hari dan mainan tradisional bisa diakui
dunia bahwa mainan tersebut adalah mainan asli milik Indonesia. Sehingga
Indonesia bisa melestarikan mainan yang sudah turun-temurun digunakan oleh
nenek moyang dan memperkenalkan kembali
mainan tersebut kepada generasi penerus bangsa pada saat ini khususnya anak
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Suejiwo. 1982. Penerapan Mainan Tradisional Pada Anak.
Yogyakarta: Erlangga.
October 23, 2007 Reporter
Bangsa Sekarat Leave
a comment Go
to comments
http://www.pikiran-rakyat.com/node/149247
(Diakses 4 Desember 2011).
http://www.simpuldemokrasi.com,
Talkshow RRI X “Menggali Permainan Anak Tradisional Dalam Pembentukan Karakter
Anak” (Diakses 7 Desember 2011).
http://duniakutersenyum.wordpress.com/2007/10/23/permainan-tradisional-di-era-globalisasi/
(Diakses 7 Desember 2011).
http://www.pelitaonline.com/read/keluarga-dan-fesyen/nasional/45/1320/manfaat-permainan-tradisional-anak/
(Diakses 10 Desember 2011).
http://family.ghiboo.com/manfaat-permainan-tradisional-untuk-anak
(Diakses 10 Desember 2011).
http://www.djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/71/Hak-Cipta-dan-Desain-Industri-sebagai-Upaya-Perlindungan-Hukum-Terhadap-Tradisi-Dan-Budaya-Bangsa-Indonesia/ (Diakses 11 Desember 2011).
0 komentar:
Posting Komentar